IRIS – Siapa mahasiswa HI yang tak kenal dengan Pak Iqbal? Dosen dengan nama lengkap Dr. Muhammad Iqbal, M.Si merupakan salah satu dosen yang difavoritkan oleh mahasiswa HI, tentu sebagian besar mahasiswa HI sudah tahu siapakah beliau. Dosen yang mulai mengajar sejak tahun 1999 di FISIP UNEJ ini merupakan salah seorang dosen yang dipandang mampu menyampaikan materi kuliah dengan baik sehingga banyak mahasiswa memfavoritkan beliau.
Namun, beberapa
waktu yang lalu beredar isu bahwa beliau akan berhenti menjadi dosen di FISIP
UNEJ. Jumat, (12/09/14) tim liputan HI
Jurnalis berkesempatan untuk bertemu sekaligus mewawancarai Pak Iqbal terkait isu pengunduran diri beliau sebagai
dosen.
Perihal isu
bahwa akhir – akhir ini beliau telah mengajukan pengunduran diri sebagai dosen
di Fisip UNEJ, tidak beliau pungkiri. Beliau mengungkapkan bahwa keputusan ini
adalah keputusan final yang beliau ambil setelah melalui proses ikhtiarnya
kepada Allah SWT. Beliau mengungkapkan kembali bahwa beliau memang telah
mengajukan surat pengunduran diri kepada lembaga.
Tim kami tidak
dapat menelusuri penyebab pengunduran beliau lebih lanjut, dikarenakan beliau
menyampaikan kepada kami bahwa masalah yang dihadapi ini adalah masalah
pribadi. Beliau juga sempat menyampaikan bahwa dari pihak keluarga telah
memberikan dukungan total terhadap keputusan yang diambil tersebut.
Dalam menghadapi
hal itu, beliau selalu mengembalikan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Nampaknya
beliau memang telah memasrahkan diri kepada Allah SWT atas segala urusan yang
telah diusahakan sebelumnya. Beliau menyadari bahwa manusia itu merupakan
tempatnya kesalahan, sehingga manusia harus selalu beraktualisasi diri. Selalu
membenahi diri namun juga tidak boleh menentang arus, karena seperti sebuah
ungkapan dimana “tidak ada keledai yang mau terperosok dua kali”.
Menurut
informasi dari narasumber_perihal pengajuan pengunduran diri tersebut, kabarnya
tidak disetujui oleh pihak lembaga. Beliau menyatakan bahwa ada kemungkinan
lembaga merasa dirugikan bila beliau mengundurkan diri. Menurut beliau, hal
tersebut sudah keputusan yang pasti dari lembaga, karena beliau juga belum
mendapatkan informasi resmi dari lembaga.
Bukanlah kabar
gembira bila Pak Iqbal, dosen yang diidolakan para mahasiswa, dengan sangat ‘misterius’
mengundurkan diri sebagai dosen. Namun masih ada angin segar, masih ada harapan
bahwa Pak Iqbal akan tetap mengajar
sebagai dosen di Fisip UNEJ. Karena setelah kami konfirmasi perihal kabar
penolakan pengunduran diri tersebut, beliau menyampaikan bahwa akan menerima
dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Beliau akan melaksanakan tugas sebagai
dosen, mendidik serta mengajar mahasiswa. Beliau juga merasa bahwa hal tersebut
akan menjadi tantangan tersendiri di tengah lingkungan yang dinamis ini, maka
dari itu beliau mulai memantaskan diri sendiri dan memantaskan orang lain.
Beliau juga akan bersikap biasa saja terhadap orang-orang yang membicarakannya,
karena beliau menyadari bahwa dunia itu tidak tuli dan tidak bisu.
Meski beredar isu bahwa beliau akan berhenti menjadi
dosen, namun sampai saat ini beliau masih tetap aktif menjadi dosen di Fisip UNEJ.
Bahkan semester ini beliau masih aktif mengajar di jurusan lain. Beliau
dituntut untuk mengajar beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan ilmu
komunikasi, sosiologi, dan pembangunan.
Menurut
kami sebagai mahasiswa, beliau sangat kompeten untuk mengajar mata kuliah
tersebut melihat basic beliau adalah
lulusan dari Jurusan Ilmu Komunikasi. Namun beliau berpendapat berbeda saat tim liputan mengemukakan
hal tersebut. Menurutnya, semua hal itu tergantung dari niatnya. Jika
teman-teman mahasiswa mengapresiasi apa yang beliau lakukan dengan tanggapan
positif seperti itu, beliau merasa bersyukur dan berterimakasih. Namun kembali
lagi pada niat beliau sebagai seorang pendidik yang bukan hanya pengajar,
beliau menyampaikan hal-hal yang dapat memotivasi mahasiswa agar lebih semangat
dalam perkuliahan dan mampu mengembangkan serta menerapkan apa yang telah
dipelajari diperkuliahan. Beliau juga menjadikan apresiasi dari para mahasiswa
tersebut sebagai cermin atau evaluasi terhadap apa yang telah beliau sampaikan
selama menjadi dosen.
Selain itu, beliau
harus mengacu dan mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dharma yang
pertama yaitu dharma
pendidikan dan pengajaran. Dharma ke-2 adalah membuat karya ilmiah. Dharma ke-3
adalah pengabdian kepada masyarakat.
Kesibukan beliau selain menjadi dosen antara lain
sebagai penguji skripsi, konsultan politik di sebuah lembaga yang ada di Jakarta,
sebagai dewan penasehat di sebuah
sekolah tinggi di Surabaya dan di Sekolah Politik Kerakyatan
Komunitas Indonesia Baru (KIBAR) di Jakarta. Selain itu beliau juga bergabung dalam kegiatan
Gerakan Anak Indonesia Suka Baca (Gerai Kaca). Beliau juga turut bergerak
dalam bidang jurnalis, yaitu pada komuntitas Citizen Journalist / Jurnalis
Warga. Kesibukan beliau inilah yang terkadang membuat beliau
mondar-mandir
Jember-Jakarta-Surabaya. Sementara di lingkungan FISIP sendiri, kini lebih bergairah budaya
diskusinya sejak ada KSK-Kelompok Studi Kantin- yang juga digagas oleh beliau
bersama Rizky Dian, Nurul Adi Prasetyo. Akbar Galih, Mohammad Iqbal dan Tegar
Susetya, mereka semua mahasiswa Ilmu HI UNEJ.
Namun seluruh
kegiatan sosial yang beliau lakukan semata-mata adalah tanggung jawab sosial
dalam pengabdian terhadap masyarakat.
Dengan kesibukan
yang padat tersebut ternyata ada beberapa hal yang menjadi pendorong bagi
beliau untuk terus melakukan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan akademik beliau
banyak dipengaruhi oleh dosen-dosen yang dulu pernah mengajar beliau.
Dosen-dosen tersebut selalu mendorong dan memberikan motivasi kepada mahasiswa
agar para mahasiswa dapat selalu beraktualisasi terhadap lingkungan sosialnya
dan menurut beliau hal positif seperti itu wajib ditularkan oleh setiap dosen
kepada mahasiswa.
Sedangkan
peranan beliau dalam pengabdian kepada masyarakat lebih banyak didorong atau
didasari oleh sebuah wejangan dari Ibu mertua beliau yaitu, “Hidup di dunia ini
harus berbuat yang penuh manfaat”. Karena pencapaian apapun di dunia ini tidak
akan dibawa mati. Yang akan dibawa mati nantinya hanya ada 3 hal, yaitu ilmu
yang bermanfaat, amal jariyah dan doa anak yang sholeh.
Beliau banyak
menjelaskan tentang wejangan dari Ibu
mertuanya tersebut. disamping itu beliau juga menekankan bahwa untuk menjadi
bermanfaat bagi lingkungan itu sendiri bukanlah pesan religi. Pesan tersebut
bersifat universal, dimana setiap manusia yang berbeda agamanya tetap dapat
menjalankan pesan itu.
Beliau juga
berpesan kepada para mahasiswa, tidak hanya bagi jurusan HI, bahwa sebagai
mahasiswa hendaknya kita harus rajin membaca secara efektif. Lalu kita harus
rajin menulis, rajin berdiskusi tentang buku maupun literatur apapun yang tidak
terbatas pada mata kuliah yang sedang ditempuh dan mengikuti perkembangan
berita, karena akan menambah banyak wawasan sekaligus akan menata logika dan
sistematika berpikir. Dengan begitu mahasiswa sebagai agen perubahan akan mampu
melihat bahwa dunia itu indah. Dan ketika mahasiswa melihat bagian dunia yang
tidak indah, disanalah mahasiswa harus mampu merubah hal tersebut.
Harapan beliau
kepada lembaga yaitu agar lembaga menambah akses internet traffic sehingga internet akan dapat diakses dengan mudah.
Selain itu diharapkan pula lembaga dapat memberikan fasilitas berupa
ruang-ruang diskusi yang nyaman sehingga atmosfer akademik menjadi segar. “Baik
lembaga maupun mahasiswa, saya kira sudah bukan jamannya lagi untuk
mengedepankan kepentingan-kepentingan kelompok/aliran yang membatasi dan
menumpulkan semangat objektivitas, semangat akademik. Sehingga tidak perlu lagi
ada yang merah, yang hijau, yang kuning, yang biru, yang putih, yang hitam.
Yang ada hanyalah satu kesatuan warna sebagai civitas atau insan akademik. Sehingga nantinya ketika menjadi
sarjana, yaitu sarjana yang mempunyai pemikiran dan mempunyai sikap yang
bijaksana”. (Inung/april/IRIS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar